LANDASAN TEORI PERSALINAN NORMAL
I.
Pengertian
- Adalah hasil
pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (
kekuatan sendiri ).
(
Manuaba, 1998 : 157 )
- Serangkaian kejadian
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
( Unpad
Bandung, 1983 : 221 )
- Proses pengeluaran
hasil konsepsi yang dapat hidup di dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
( Sarwono, 2005 : 180 )
II.
Macam – macam
Persalinan
1. Persalinan
Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan
BuatanPersalinan yang dibantu dengan
tenaga dari luar ( misal : forcep )
3. Persalinan
Anjuran
Persalinan yang dimulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemecahan pitosin
/ prostaglandin.
(
Sulaiman, 1983 : 221 )
III.
Teori dalam Persalinan
1. Teori
KereganganOtot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas tertentu.
2. Teori
Penurunan Progesteron
Proses penurunan estrogen dan
progesteron --> oksitosin meningkat --> kontraksi.
3. Teori
Oksitosin InternalMenurunnya progesteron ---> oksitosin meningkat ---> persalinan dapat dimulai.
4. Teori
ProstaglandinKonsentrasi prostaglandin meningkat ---> dapat memicu persalinan.
5. Teori
Hipotalamus Pitutari dan Glandula Suprarenalis.
- Teori itu menunjukkan
pada kehamilan dengan anencefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena
tidak terbentuk hipotalamus, teori ini dikemukakan oleh unggin 1973.
- Malpar pada tahun 1933
mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci berlangsung lebih
lama.
- Pemberian
kortikosteroid yang dapat memberikan maturitas janin, induksi ( mulainya )
persalinan.
- Dari percobaan tersebut
disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitari dengan
mulainyapersalinan.
- Glandula suprarenalis
merupakan pemicu terjadinya persalinan.
( Manuaba, 1998 : 159 )
IV.
Tanda – tanda
Persalinan
- Kekuatan his makin
sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
- Terjadi pengeluaran
lender bercampur darah.
- Dapat disertai ketuban
pecah..
- Pada pemeriksaan dalam,
dapat dijumpai pembukaan serviks ( pembukaan, pendataran, penipisan )
( Manuaba, 1998 : 160 )
V.
Factor – factor Penting
dalam Persalinan
a. Power
Kekuatan yang mendorong janin
keluar ( power ) terdiri dari :
- His ( kontraksi otot
uterus ).
- Kontraksi otot – otot
dinding uterus.
- Kontraksi diafragma
pelvis atau kekuatan mengejan.
- Ketegangan dan
ligmentous action terutama ligamentum rotundum. Kontraksi uterus karena otot –
otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat – sifat,
kontraksi simetris, fundus dominan, relaksasi, involuntir ( terjadi diluar
kehendak ), intermihten ( terjadi secara berkala ), terasa sakit,
terkoordinasi, kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan
psikis.
b. Passage
( jalan lahir )
Passage terdiri dari :v Bagian
keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul )
1. Ossa
Coxae ( 2 tulang panggul paha )
Os Illium ( tulang usus )
Merupakan tulang terbesar dari
panggul dan membentuk bagian atas dan belakang dari panggul, terdiri dari :
- Crista Iliaca.
- Spina Iliaca Anterior
Superior dan Spina Iliaca Posterior Superior.
- Spina Iliaca Anterior
Inferior dan Spina Iliaca Posterior Inferior.
- Insicura Ischiadica
Mayor.
- Linea Inominata ( linea
terminalis )
Os
Ischium ( tulang duduk )Terdapat
disebelah bawah dari tulang usus.
- Spina Ischiadica.
- Tuber Ischiadica.
Os
Pubis ( tulang kemaluan )Terdapat
disebelah bawah dan depan dari tulang usus.
- Foramen Obturatorium.
- Ramus Superior Ossis
Pubis.
- Ramus Inferior Ossis
Pubis.
- Arcus Pubis.
2. Os
Sacrum ( tulang kelangkang )Terletak disebelah belakang antara
kedua pangkal paha.-
Foramina Sacralia Anterior.
- Crista Sacralis
- promontorium
- articulation sacro iliaca
3. Os
Pubis ( tulang tungging )Berbentuk segitiga dan terdiri atas
2 – 5 ruas yang bersatu.
1. Pintu
Atas Panggul, Promontorium, Sayap Sacrum, Linea Inominata.2. Bidang
Luar Panggul.3. Bidang
Sempit Panggul.4. Pintu
Bawah Panggul.
- H
I : Sama dengan PAP.
- H
II : Sejajar dengan H I melalui
pinggir bawah symphysis
- H
III : Sejajar dengan H I melalui Spina
Ischiadica.
- H
IV : Sejajar dengan H I melalui ujung
Os Coccygeus.
1. Distansia
Spinarum : Jarak antara Spina Iliaca Anterior Superior kanan dan kiri (23 – 26 cm ).
2. Distansia
Cristarum : Jarak yang terjauh antara Crista Iliaca kanan dan kiri (26 - 29 cm ).
3. Conjugate
Eksterna : Jarak antara pinggir
atas Symphisis dan ujung Processus Spinosus ruas tulang lumbal ke v ( 18 – 20 cm ).
4. Ukuran
Lingkar Panggul : Dari pinggir
atas Symphysis kepertengahan antara Spina Iliaca Anterior Superior dan Trocanter Mayor sepihak dan kembali melalui tempat – tempat yang sama di pihak yang lain (80 – 90 cm ).
1. Terdiri
dari otot – otot dan ligamentum.
2. Diafragma
pelvis terdiri dari pars muscularis yaitu m. levator ani dan pars membranacea
yaitu diafragma urogenitale.
1. Panggul
Gynecoid.2. Panggul
Android.3. Panggul
Anthropoid.4. Panggul
Platypelloid.
c. Passenger
1. Kepala
janin dan ukuran – ukurannya.
- Bagian
muka, terdiri dari :
Tulang hidung, tulang pipi 2 buah,
tulang rahang atas, tulang rahang bawah.
Oa frontale, os parietalis, os
temporalis, os occipitalis.
·
Sutura sagitalis ( sela
panah ) antara kedua ossa parietalis.·
Sutura coronaria ( sela
mahkota ) antara os frontale dan os parietalis.·
Sutura lamboideaus
antara occipital dan kedua ossa parietalis.·
Sutura frontalis antara
frontale kiri dan kanan.
·
Ubun – ubun kecil (
fonticulus minor ).·
Ubun – ubun besar (
fonticulus major ).
2. Ukuran
– ukuran kepala
- Diameter
( ukuran muka belakang ).
·
Diameter suboccipito
bregmatica ( 9,5 cm ).·
Diameter suboccipito
frontalis (11 cm ).·
Diameter fronto
occipito ( 12 cm ).·
Diameter mento occipito
( 13,5 cm ).·
Diameter submento
bregmatica ( 9,5 cm ).
·
Diameter biparietalis (
9 cm ).·
Diameter bitemporalis (
8 cm ).
Ukuran
lingkaran
·
Circumferentia
suboccipito bregmatica ( 32 cm ).·
Circumferentia fronto
occipitalis ( 34 cm ).·
Circumferentia mento
occipitalis ( 35 cm ).
VI.
Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap.
Kala I dibagi 2 fase :
1. Fase
laten
·
Dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
·
Pembukaan serviks <
4 cm.
·
Biasanya berlangsung ±
8 jam.
2. Fase
aktif
·
Frekuensinya dan lama
kontraksi uterus meningkat, dianggap adekuat jika terjadi 3x atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama ± 40 detik.
·
Serviks membuka dari 4
cm ke pembukaan 10 cm.
·
Berlangsung selama 6
jam dan dibagi atas 3 subfase :
-
Fase akselerasiBerlangsung selama 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.-
Fase dilatasi maximum (
steady ).Dari pembukaan 4 – 9 cm yang
dicapai dalam 2 jam.-
Fase deselerasiDari pembukaan 9 – 10 cm,
berlangsung selama 2 jam.
VII.
Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap
hingga lahirnya bayi.
·
Tanda gejala kala II.-
Ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.-
Ibu merasakan tekanan
yang meningkat pada rectum.-
Perineum menonjal.-
Vulva dan vagina
membuka.
· Diagnosa kala II
persalinan dapat ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan.
-
Pembukaan lengkap.
-
Kepala janin terlihat
didepan introitus vagina.
·
Yang harus dipantau di
kala II
-
Nadi ibu setiap 30
menit.
-
Frekuensi dan lama
kontraksi setiap 30 menit.
-
DJJ setiap selesai
kontraksi.
-
Penurunan kepala bayi
setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen ( periksa luar ) dan periksa dalam
setiap 2 jam atau jika ada indikasi, hal itu dilakikan dengan cepat.
-
Warna cairan ketuban
jika selaputnya sudah pecah ( jernih atau bercampur mekonium atau darah ).
-
Apakah ada presentasi
majemuk atau tali pusat disamping atau terkemuka.
-
Putaran paksi luar
segera setelah kepala bayi lahir.
-
Kehamilan kembar yang
tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir.
-
Catatlah semua
pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
VIII.
Kala III
Dimulai setelah
bayi lahir hingga lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III
persalinan, otot uterus ( miometrium ) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta, karena tempat perlekatan
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plesenta
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus, setelah lepas
plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kebagian bawah vagina.
·
Tanda
pelepasan plasenta :1. Perubahan
bentuk dan tinggi fundus.2. Tali pusat
memanjang.3. semburan
darah mendadak.
·
Manajemen
aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama :1.Pemberian
suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.2. Melakukan penegangan
tali pusat terkendali.3. Massase
fundus uteri.
·
Keuntungan
manajemen akti kala III yaitu :-
Persalinan
kala III yang lebih singkat.-
Mengurangi
jumlah kehilangan darah.-
Mengurangi
kejadian retntio plasenta.
·
Yang
harus dipantau dari kala III :-
Melakukan
palpasi abdomen untuk menilai kemungkinan bayi ke 2.-
Memantau
tanda pelepasan plasenta.-
Pengawasan
terhadap perdarahan.
IX.
Kala IV
Berlangsung
setelah pasenta lahir sampai 2 jam pertama pasca persalinan.
·
Setelah
plasenta lahir.
-
Lakukan
massase uteus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
- Evaluasi
tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat
sebagai patokan. Umumnya fundus uteri setinggi atau beberapa jari dibawah
pusat.
-
Memperkirakan
kehilangan darah secara keseluruhan.
-
Periksa
kemungkinan perdarahan dari robekan ( laserasi atau episiotomi ) perineum.
-
Evaluasi
keadaan umum ibu.
- Dokumentasikan
semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV dibagian belakang partograf
segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
·
Selama
2 jam pertama pasca persalinan.
-
Pantau
tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap
15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala IV.
Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian
kondisi ibu.
- Massase
uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama 1 jam
pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala IV.
- Pantau
temperature tubuh setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. Jika
meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
- Nilai
perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama 1 jam pertama
dan 30 menit selama 1 jam kedua pada kala IV.
- Ajarkan
ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang
keluar dan bagaimana melakukan massase jika uterus menjadi lembek.
- Minta
anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu untuk mengenakan
baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk
bersandaran bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan
baik, bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan
untuk dipeluk dan diberi ASI.
-
Lengkapi
asuhan essensial bagi bayi baru lahir.
( APN, 2007 :
137 – 139 )
X. Mekanisme persalinan
Kepala turun memasuki panggul dalam kondisi sutura sagitalis
melintang. Jika sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat
diantar symphysis dan promontorium disebut synclitismus. Jika sutura sagitalis
agak kedepan mendekati symphysis atau agak kebelakang mendekati promontorium
maka disebut asynclitismus. Jika sutura sagitalis lebih mendekati symphysis
disebut asynclitismus posterior dan jika sutura sagitalis lebih mendekati promontorium
disebut asynclitismus anterior. Kepala makin turun dan masuk bidang sempit dan
kepala melakukan fleksi sehingga ukuran kepala menjadi SOB terjadi putar paksi
dalam sehingga UUK ada tepat dibawah symphysis dengan his dan tenaga mengejan
kepala melakukan ekstensi dengan UUK sebagai hipomoklion sehingga lahirlah
dahi, mata, hidung, mulut dan dagu. Setelah ekstensi kepala melakukan putar
paksi luar setelah itu badan janin akan ekspulsi dengan tarikan kebawah untuk
melahirkan bahu depan. Setelah itu tarikan keatas untuk melahirkan bahu
belakang serta seluruh badan.
(
Obstetri Fisiologi : 234 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar